Sabtu, 28 Desember 2013

MANUSIA DAN KEINDAHAN

Tugas Softkill Budaya
Universitas Gunadarma
1EA06


1. Keindahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.


Apakah itu keindahan?
Mungkin banyak yang bingung ketika ditanya soal ini. Tetapi akan berbeda ketika melihat suatu benda dan seseorang bisa menilai bahwa itu indah, mengapa demikian? Karena keindahan merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dengan adanya bentuk fisik itulah keindahan dapat berkuminikasi secara langsung dengan yang melihatnya dan mengirimnya ke otak dan menyimpulkan bahwa benda tersebut memiliki keindahan.
Berikut beberapa pengertian keindahan menurut para ahli :
1.      Menurut Sulzer keindahan itu ialah yang indah itu hanyalah yang baik. Jika belum baik, ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.

2.      Menurut al – Ghazzali
Hal yang paling indah ialah yang mempunya semua sifat-sifat perfeksi yang khas bagi karangan atau tulisan, seperti keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat satu sama lainnya, pelanjutan dan spasi yang tepat dan susunan yang menyenangkan.

3.      Menurut Alexander Baumgarten ( Jerman )
Keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain juga dengan keseluruhan.

Kontemplasi dan Ekstansi

Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dari dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dari dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikamti sesuatu yang indah. Bila kedua dasar ini dihubungkan maka akan terbentuklah penilaian bahwa sesuatu itu memiliki keindahan. Dan apabila kontemplasidan ekstansi dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan. Sedangkan ekstansi merupakan factor pendorong untuk merasakan. Karena drajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda, maka tanggapan terhadap karya seni juga berbeda-beda.
Ini bisa tergambar dari seorang seniman yang lebih cenderung menciptakan suatu karya yang indah dan memiliki nilai, ini bisa disebut dengan kontemplasi dan tidak semua orang tidak memiliki hal seperti ini yang berjiwa senimanlah yang cenderung memiliki hal tersebut. Sebaliknya, bagi bukan seorang seniman ia lebih suka menilai, merasakan, menikmati sebuah karya seni dari pada menyiptakan sebuah karya. Sehingga ia hanya bisa menikmati keindahan dan tak mampu membuat keindahan, inilah yang bisa disebut dengan Ekstansi.


Nilai Estetika
                       
                Apakah nilai estetika itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai sering kali sebagai suatu kata benda yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences di berikan perumusan tentang value yang lebih terinci lagi sebagaiberikut:
“ The believed capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any object which causes it to be on interest to an individual or a group “. (kemampuan yang dipercaya ada pada suatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan minat seseorang atau sesuatu golongan).

Apa Sebab Manusia Menciptakan Keindahan?

            Pastinya karena setiap manusia mempunyai rasa ingin sesuatu yang terlihat indah dari dalam dirinya. Contohnya saja dalam mendesain sesuatu setiap orang pasti ingin hasilnya terlihat bagus dan indah. Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Yang artinya tidak berlebih – lebihan tetapi tidak kurang. Contohnya seorang seniman yang membuat sebuah karya seni, si seniman A dinilai karyanya enak dipandang dan rasanya karyanya pas untuk dinikmati sedangkan seniman B karyanya dinilai terlalu berlebihan entah dari warna bentuk yang membuat karya itu kurang enak untuk dipandang dan dinikmati.
Pastinya dalam mengungkapkan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi dan tujuan tertentu. Motivasi dapat berupa sebuah pengalaman atapun kenyataan mengenai hal-hal  yang pernah kita alami, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan perubahan nilai dan moral dalam masyarakat, emngenai keagungan Tuhan dan sebagainya. Sedangkan tujuan itu sendiri dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan manusia secara kodrat. Berikut ini merupakan beberapa alasan mengenai tujuan dan motivasi seseorang menciptakan keindahan :

1.      Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang sudah mendarah daging dengan adat istiadat yang sudah ada dinilaisudah  tidak sesuai dengan keadaan yang ada, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai nilai kemanusiaan. Contoh sederhananya adanya kasta, perbedaan derajat antara laki-laki dengan perempuan, perbudakan dan lain-lain. Tata nilai ini dipandang mengurangi nilai moral, sehingga dianggap merugikan nilai-nilai kemanusiaan sehingga dinilai tidak indah. Yang di nilai indah ialah yang mengandung nilai nilai yang menghargai dan mengangkat martabat manusia.
Inilah yang menjadi seseorang ingin memperbaiki hal tersebut dengan tujuan merubah keadaan tersebut.


2.      Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral.kemerosotan moral dapat kita ketahui dari tingkah laku maupun perbuatan manusia yang sudah rusak terutama mengenai tentang kebutuhan seksual. Hal yang seperti inilah dapat dikatakan sudah tidak indah. Oleh karena itulah hal yang tidak indah semacam ini perlu dihilangkan dengan mengungkapkan protes lewat karya seni.

3.      Penderitaan Manusia
Banyak hal yang dapat membuat manusia menderita. Tetapi sebenarnya manusialah yang membuat orang lain menderita akibat sifat yang dimiliki setiap manusia berbeda-beda ada yang serakah, egois, ceroboh dan sebagainya.
Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusaan telah diabaikan, dan dikatakan tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karna tidak ada manfaatnya bagi kemanusiaan.

4.      Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan bisa dibuktikan dengan keindahan dunia ini dan yang berada di dalamnya. Ntah itu dari bentuk, tata ruang, keteraturan dan lain-lain. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan tersebut dan tidak akan bidsa menyiptakan bahkan menyamai keindahan ciptaan Tuhan. Misalnya seorang pelukis yang melukis objek pemandangan, ia hanya bisa meniru objek tersebut tanpa bisa menyiptakannya

2. Renungan
            Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologik.
(a). TEORI PENGUNGKAPAN
            Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata mernindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
(b). TEORI METAFISIK
            Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory).
(c). TEORI PSIKOLOGIS
            Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.
            Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification Theory) yang meman
.
3. Keserasian
            Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
            Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian hams dipadukan wamanya bagian atas dengan bagian. bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cars memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Karena itu dalam keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasamya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity).Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauti is unity of formal relations among our sence-perception). Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan.
(a). TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
            The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif.Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menmpakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teon subyektif.Pendukung teon obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teon subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke.
            Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
(b) TEORI PERIMBANGAN
            Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Empa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.
            Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah.
            Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.
            Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-benda. Para seniman romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak adanya keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun teori umum tentang keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar